Lima Pola Pemecahan Masalah

Oleh Enjang Muhaemin

Setiap manusia, tentunya memiliki masalah (problem). Dan tampaknya, tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini, yang hidup tanpa masalah. Yang pertama, yang membedakan satu dengan lainnya hanyalah kuantitas dan kualitas masalahnya. Ada yang banyak, ada yang sedikit. Ada yang berat, ada yang ringan. Ada yang kompleks, ada yang sederhana. Yang kedua, yang membedakannya yakni kemampuan di dalam memecahkan masalah (problem solving).

Organisasi atau lembaga manapun, juga sama dengan manusia. Tidak akan pernah steril dari masalah. Selalu ada, dan akan tetap ada. Mungkin Anda akan berkata, “Bila demikian apa perlunya kita mengupas dan membahasnya. Dan buat apa pula berusaha memecahkannya?” Kawan di samping Anda mungkin akan lebih sewot lagi: “Iya yah, kayak nggak ada kerjaan saja. Buang-buang waktu, tau!”

Sebentar, jangan sewot dulu dong! Kita kan belum tuntas, masih pemanasan, gitu lho! Maksud saya, begini, kendati masalah itu selalu ada, dan akan tetap ada, bila kita pandai menyikapinya, maka masalah justru akan memunculkan dampak positif dan amat bermanfaat. Kuncinya ada pada bagaimana kita menyikapinya: terpicu dan terpacu untuk memecahkannya atau sebaliknya berlari dan menghindar atas masalah yang kita hadapi.

Ketika masalah menghadang sebenarnya tak ubahnya pedang bermata dua. Bisa bermanfaat, juga bisa menimbulkan madarat. Sangat tergantung pada kemampuan kita menghadapinya. Tidak besar, tidak kecil, semua organisasi pasti memiliki masalah. Keberadaan dan kehadiran masalah, sejatinya membuat sebuah organisasi menjadi hidup, dinamis, kreatif, dan inovatif. Orang-orang yang terlibat di dalamnya, juga menjadi tertantang untuk memecahkannya, dan mencari jalan keluarnya. 

Semakin cerdas para aktivis organisasi memecahkan masalah, akan semakin maju sebuah organisasi. Jatuh bangun dalam memecahkan masalah akan memberikan nilai tambah yang tidak terduga sebelumnya: pengalaman, pengetahuan, dan kesuksesan. Namun sebaliknya, bila sebuah masalah dibiarkan tumbuh berkembang, ia tak ubahnya kanker ganas yang semakin lama akan semakin berbahaya. Ia akan menjalar ke sekujur tubuh. Bila ini terjadi, berarti ajal bakal segera menjemput. Kenyataan ini akan sama persis terjadi pada tubuh organisasi yang membiarkan beragam masalah tumbuh menggerogotinya. 

Kiat Pemecahan Masalah 
 
Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan. Pagi-pagi setelah sarapan, Anda berangkat ke sekolah. Anda mengeluarkan motor dari garasi, memasukkan kunci, dan menstarter motor Anda. Jalan yang Anda tempuh juga hampir tidak disadari. Semua berjalan seperti otomotis. “Masalah timbul, ketika ada peristiwa yang tidak dapat diatasi dengan perilaku rutin,” kata Jalaluddin Rakhmat. Misalnya, motor Anda tiba-tiba mogok, jalanan macet, atau buku PR ketinggalan padahal harus dikumpulkan hari itu juga. Masalah timbul menghadang. Anda bingung, resah, kalang kabut, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Anda bertabrakan dengan situasi yang harus anda atasi. Inilah yang kita sebut situasi masalah (problem situation). 

Contoh di atas mengajarkan pada kita bahwa masalah adalah peristiwa di saat perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu. Ini definisi masalah yang pertama. Bagaimana menghadapi dan mengatasinya? Motor mogok, anda selah berkali-kali, buku PR ketinggalan, anda bikin ulang di kelas, pacar anda mogok bicara, anda membujuknya. Ini cara pertama yang biasa kita lakukan. Pemecahan masalah dengan pola yang rutin. 

Bila cara itu masih juga gagal, apa yang anda lakukan? Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa lalu. Motor mogok, didorong. Buku PR ketinggalan, anda telepon orang rumah untuk mengantarkannya ke sekolah. Pacar anda mogok bicara, anda merengek-rengek minta maaf. Ini cara kedua di dalam memecahkan masalah—tentu bila cara pertama gagal—yakni dengan menggali memori di masa yang sudah-sudah. Pemecahan ini, intinya, berdasarkan pengalaman. Sementara yang pertama berdasarkan kebiasaan.

Kalau masih saja gagal, apa yang biasa anda lakukan? Cara ketiga bisa jadi pilihan: mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau yang dapat anda pikirkan. Semua anda coba. Ini disebut penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba (trial and error). 

Andai hasilnya gagal juga, maka anda dapat menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah. Anda mencoba memahami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat. Anda mungkin menggunakan deduksi, atau induksi. Namun karena anda jarang memperoleh informasi lengkap, anda lebih sering menggunakan analogi.

Pemecahan masalah, juga terkadang terjadi dengan apa yang lazim kita sebut dengan insight solution. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. “Aha, sekarang saya tahu, pacar saya marah karena saya berdekatan dengan cewek lain, saya harus minta maaf.” Kilasan pemecahan masalah ini juga disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha). []

Diposkan Oleh Kampus Kita Oke -- Lentera Dakwah

Enjang Muhaemin Kesediaan Anda membaca artikel Lima Pola Pemecahan Masalah. merupakan kehormatan bagi saya. Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebarluaskan artikel ini, dan jangan lupa meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.

:: SILAKAN KLIK DAN BACA TULISAN LAINNYA ::

Diposting oleh Kampus Kita Oke
Lentera Dakwah Updated at: Rabu, Juli 13, 2011