Oleh Enjang Muhaemin
PEMAHAMAN para pelaku dakwah terhadap internet dan fasilitas
yang ada di dalamnya, boleh jadi, belum optimal. Ini tentu saja berimbas pada
pemanfaatan intenet sebagai media dakwah yang tidak optimal pula. Tak aneh, bila
kemudian ada saja mad’u yang gagal
memperoleh konten keislaman yang dibutuhkannya.
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya fenomena
tersebut. Bukan hanya lantaran minimnya pelatihan internet yang diorientasikan
untuk para juru dakwah, dan tak tumbuhnya jiwa otodidak dalam mempelajari internet
sebagai media dakwah, tapi juga karena tingkat kesibukan para pelaku dakwah di wilayah
dakwah konvensional.
Otodidak
vs Pelatihan
Dibanding dengan yang mengikuti pelatihan, para juru
dakwah yang melakukan otodidak memang relatif lebih tinggi. Polanya beragam, ada yang tanya sana-sini, membaca
buku, ada pula yang belajar dari internet itu sendiri. Dunia pelatihan nyaris sangat kurang, alias
minim.
Kondisi tersebut, jelas berbeda, bila dibandingkan
dengan para pelaku internet marketing,
yang umumnya bukan hanya giat melakukan belajar otodidak, tapi juga antusias
mengikuti beragam pelatihan internet. Tak
mengherankan, bila mereka ini mengalami loncatan luar biasa dalam penguasaan
dan pemanfaat internet bagi kepentingan profesinya.
Padahal, para juru dakwah pun, mestinya banyak
belajar tentang bagaimana memasarkan pesan-pesan keislaman melalui internet. Tak
cukup hanya mempublikasikan konten seadanya. Para pelaku dakwah pun penting memiliki
kemampuan lain, seperti strategi mengemas pesan, membidik sasaran, dan kemampuan lain yang
sejalan dengan karakteristik internet. [Baca juga: Dakwah dan Strategi Integratif di Era Global]
Tanpa mengikuti pelatihan, memang bisa saja. Kunci
utamanya adalah kemauan, semangat, dan ketekunan. Tanpa ini, jelas hasilnya tak
akan optimal. Belajar melalui otodidak, bukan tanpa kekurangan. Selain butuh waktu yang agak lama, juga tingkat penguasaannya pun sangat
mungkin tak akan secepat melalui pelatihan.
Empat
Kelompok
Merujuk pada hasil pengamatan, saya menyimpulkan,
dilihat dari aspek penguasaan dan pemanfaatan teknologi internet sebagai media
dakwah, para pelaku dakwah dapat
dikatagorikan menjadi empat kelompok:
Kelompok Pertama,
adalah mereka yang memahami dan menguasai
secara baik teknologi internet. Kelompok ini, bukan hanya fasih
memanfaatkan fitur-fitur internet sebagai media dakwah, tapi juga menguasai
secara baik perkembangan teknologi internet mutakhir. Bahkan sebagian di
kelompok ini, selain tekun berdakwah di internet, juga menulis buku yang erat
kaitannya dengan dakwah internet. Tipe ini jumlahnya mungkin tak banyak.
Kelompok
kedua, adalah mereka yang cukup
memahami dan cukup menguasai. Mereka yang tergolong kelompok ini selain
memahami konsep dasar teknologi internet, juga mampu mengaplikasikan dan
mengfungsikan fitur-fitur yang ada di internet sebagai dakwah. Bila
dikuantifikasi, jumlahnya cukup banyak, terlebih bila dibandingkan dengan kelompok pertama.
Kelompok kedua itu, bukan sekadar memiliki e-mail, account di facebook, tapi
memiliki situs (website) atau blog,
juga membuat dan atau tergabung dalam sejumlah mailling list, dan forum diskusi (discusion forum).
Kelompok
ketiga, adalah mereka yang sedikit
memahami, tapi tidak menguasai. Kelompok ini baru sebatas memahami
fitur-fitur yang tersedia tanpa mampu memanfaatkannya lebih jauh. Pemahamannya
relatif terbatas, baru sekitar penggunaan e-mail,
googling, dan update status di facebook.
Kelompok
keempat, adalah mereka
yang selain tidak memahami juga tidak menguasai teknologi internet. Kelompok
ini sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan dunia internet. Penyebabnya
beragam: ada yang disebabkan karena kesibukan, ada juga yang disebabkan karena
pondasi dasar penguasaan komputer yang masih tertinggal, juga ada yang
disebabkan karena cenderung menetapkan diri untuk tetap berdakwah melalui
dakwah konvensional.
Mungkin, itulah tipologi pelaku dakwah di era cyber
yang dapat dikemukakan. [Baca juga: Internet, Media Dakwah, dan Era Global] []
Enjang
Muhaemin, Staf Pengajar
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung
Referensi:
Enjang Muhaemin, Media dan
Dakwah di Era Informasi, Penerbit Mimbar Pustaka, Bandung, Cetakan I, 2013.
________________, Apresiasi Akademisi Ilmuwan Dakwah Terhadap Internet sebagai Media
Dakwah, Tesis Pascasarjana UIN Sunan
gunung Djati Bandung, 2011.
Diposkan Oleh Kampus Kita Oke -- Lentera Dakwah
Kesediaan Anda membaca artikel Tipologi Pelaku Dakwah di Era Cyber. merupakan kehormatan bagi saya. Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebarluaskan artikel ini, dan jangan lupa meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.