Akademisi Ilmuwan Dakwah di Era Internet

Oleh Enjang muhaemin

Dalam tulisan ini, saya ini ingin berbagi sedikit hasil penelitian yang penulis lakukan. Topik yang penulis kaji bertajuk “Apresiasi Akademisi Ilmuwan Dakwah terhadap Internet sebagai Media Dakwah.” Di antara yang saya teliti di antarntya terkait sikap, penilaian, dan tindakan yang dilakukan akademisi ilmuwan dakwah terhadap internet sebagai media dakwah.
Paparan di bawah ini sebagian hasil penelitian yang penulis lakukan di Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sikap
Herbert Spencer mengartikan sikap sebagai status mental seseorang. Pada tahun 1888, Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba. Sikap dalam pandangan Lange, tidak hanya menyangkut aspek mental semata, melainkan juga mencakup aspek respon fisik (Azwar, 2007:3-4)).
Sikap para akademisi ilmuwan dakwah terhadap internet sebagai media dakwah dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
Pertama, kelompok optimistik-progresif.
Kelompok optimistik-progresif adalah kelompok akademisi ilmuwan dakwah yang memandang internet secara media mutakhir yang sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai media dakwah dalam masyarakat  era global.
Kedua, kelompok optimistik suportif.
Kelompok kedua, adalah para akademisi ilmuwan dakwah yang tergolong optimistik-suportif.  Kelompok kedua ini memiliki pandangan yang positif dan jauh ke depan tentang pentingnya internet sebagai media dakwah.
Ketiga, kelompok optimistik-pasif.
Kelompok ketiga, adalah akademisi ilmuwan dakwah yang memiliki cara pandang yang optimistik terhadap internet sebagai media dakwah, namun kelompok ini tetap bersifat pasif,  tidak banyak bergerak dan tergerak untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan internet sebagai media dakwah.
Penilaian
Dalam tataran realitas keumatan, akademisi ilmuwan dakwah menilai bahwa ketika umat berhadapan dengan internet terbagi menjadi tiga kelompok:
Pertama, kelompok yang bersikap isolatif, yang menghindar dan menjauhkan diri dari dunia internet, karena internet dipandang jauh lebih besar madaratnya dibanding manfaatnya.
Kedua, kelompok yang bersikap akomodatif konstruktif  yang memandang internet sebagai media yang bersifat netral, sangat tergantung siapa yang menggunakan dan bagaimana digunakan.
Ketiga, adalah kelompok yang bersikap selektif.

Tindakan
Dalam konteks penelitian yang penulis lakukan, tindakan yang dilakukan akademisi ilmuwan dakwah terhadap internet sebagai media dakwah, secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori:
1.     Bertindak Progresif.
Akademisi ilmuwan dakwah yang masuk dalam kategori ini, secara kuantitas tidaklah besar. Mereka umumnya memahami sekaligus menguasai fitur-fitur internet  yang dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Tipikal akademisi ilmuwan dakwah progresif dalam penelitian ini terlihat dari tindakan dan perbuatannya yang tidak kenal lelah untuk menjadikan internet sebagai media dakwah.
2.     Bertindak Aktif.
Para akademisi ilmuwan dakwah yang tergolong tipikal aktif dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan internet sebagai media dakwah, jumlahnya agak lumayan, lebih banyak dibanding tipikal progresif.
3.     Bertindak Pasif.
Akademisi ilmuwan dakwah yang tergolong tipikal pasif adalah mereka yang berasal dari kategori yang “sedikit memahami, tapi tidak menguasai” dan “tidak memahami, juga tidak menguasai”. Dalam dirinya belum tumbuh semangat untuk lebih mendalami dan menggalinya. []

:: Enjang Muhaemin, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Diposkan Oleh Kampus Kita Oke -- Lentera Dakwah

Enjang Muhaemin Kesediaan Anda membaca artikel Akademisi Ilmuwan Dakwah di Era Internet. merupakan kehormatan bagi saya. Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebarluaskan artikel ini, dan jangan lupa meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.

:: SILAKAN KLIK DAN BACA TULISAN LAINNYA ::

Diposting oleh Kampus Kita Oke
Lentera Dakwah Updated at: Kamis, Oktober 24, 2013